Wednesday, 5 December 2018

Medela Swing Maxi vs Spectra 9+

Halo busui!
Sebagai stay at home mommy, alasan aku selalu sedia ASIP diantaranya:

  1. Emergency case, misalnya sakit (pernah kejadian huhu) atau ada hal lain yang darurat jadi kebutuhan dedek bisa tetap aman.
  2. Me Time, lumayan banget bisa gantian sama suami, ortu, atau yang lainnya sementara mommy refreshing
  3. Terkadang kurang nyaman menyusui di depan public walau udah pake apron

Nah, untuk stok ASIP, aku pun memutuskan untuk berinvestasi di Breast Pump (BP) elektrik. Awalnya aku sempet dapet lengseran BP manual merknya lupa dan elektrik merk Real Bubble tapi entah kenapa kok ASI ku nggak keluar ya pake Real Bubble itu. Kalo yang manual emang nggak aku coba karena ingin hemat tenaga.

Dan ini dia review Breastpump (BP) pilihan aku dan cukup favorit juga di kalangan Busui. 


Medela Swing Maxi vs Spectra 9+

Kelengkapan Breast Pump

Sifat penilaian: objektif

Ini dia hasil unboxing Medela Swing Maxi:


Dan ini hasil unboxing Spectra 9 Plus:



Daftar kelengkapan Medela Swing Maxi dan Spectra 9 Plus:



Dari media gambar dan tabel di atas, bisa dilihat kalau kelengkapan Medela Swing Maxi lebih simple dari Spectra 9 Plus.

√  Medela Swing Maxi

Teknologi

Sifat penilaian: objektif



Keterangan:
* : bisa memompa dari kedua PD sekaligus
** : aliran udara dari selang ke mesin dan botol tertutup sehingga ASI tidak akan masuk ke mesin.
*** : terdapat dua fase yaitu massage (untuk memancing LDR) dan expression (untuk memerah ASI).

Untuk teknologi sepertinya beda tipis ya namun Spectra 9 Plus unggul di layar LCD.

√ Spectra 9 Plus

Daya hisap

Sifat penilaian: subjektif

Aku mencoba cari suction strength keduanya sebenernya berapa sih tapi belum nemu jadi menurut yang aku alamin aja ya jadi sifatnya subjektif. Daya hisap medela lebih kuat meskipun dia cuma punya 5 level (Spectra punya 10 level untuk mode expression dan 5 level untuk massage mode). 

√  Medela Swing Maxi

Note : Untuk kemampuan BP mengosongkan PD menurutku itu tergantung teknik yang kita lakukan selama pumping. Jadi aku merasa nggak bisa membandingkan keduanya, kayaknya hasilnya so so aja gitu ._.

Tingkat kebisingan

Sifat penilaian : objektif

Mari kita lihat videonya!




Untuk Medela Swing Maxi di level 1 massage pun lebih bising dari Spectra 9 Plus level 10 expression tapi masih nggak ganggu banget kok. Video ini dibuat saat baby ku tidur dan dia nggak kebangun J.

√ Spectra 9 Plus

Kenyamanan

Sifat penilaian: subjektif

Medela OKE BANGEEEETTTT, nyaman sekali, dari hari ketiga melahirkan aku pake Medela dan enak banget, dan di hari ke-7 ketemu Spectra sakit banget (tanpa silicon massager). Setelah menggunakan silicon massager, spectra enak juga.

√  Medela Swing Maxi

Harga

Sifat penilaian : objektif

Medela Swing Maxi di kisaran 2.6 juta – 3.2 juta
Spectra 9+ : 1.72 juta – 2.05 juta
Dengan spesifikasi yang hamper sama, harga Spectra 9 Plus lebih ekonomis.

√ Spectra 9 Plus

Sparepart

Sifat penilaian : objektif

Sama-sama mudah didapat tapi lebih murah Spectra, misalnya aja, connector Swing Maxi harganya mahal bangettt. Bisa dicek yaa...

√ Spectra 9 Plus

After Sales Services

Sifat penilaian : objektif

Garansi
Medela Swing Maxi: 1 tahun
Spectra 9 Plus: 2 tahun (1 tahun Garansi mesin dan jasa, 1 tahun setelahnya Garansi jasa)
Servis after sales nya katanya sih dua-duanya bagus (aku belum pernah servis).

√ Spectra 9 Plus

Mobilitas

Sifat penilaian : objektif

Ukuran dan Berat Mesin

Dari segi ukuran keduanya relatif sama, bisa dilihat di foto:



Dari sisi berat, mesin Spectra 9 Plus memiliki berat 380 gram sedangkan mesin Medela Swing Maxi 320 gram.

Kelengkapan

Kelengkapan (setelah dirakit) yang dibawa jika hanya untuk single pump:


Medela Swing Maxi relatif lebih simple karena kelengkapannya lebih sedikit dengan fungsi yang tidak jauh berbeda.

Botol dan corong



Awalnya aku kira botol dan kelengkapan Spectra 9 Plus ribet banget tapi ternyata setelah dirakit dan dibandingkan seperti di atas, nggak jauh beda, hanya botol spectra 160ml sedangkan medela 150ml tapi tetap lebih simple medela karena tanpa silicon + tutup corong.

√  Medela Swing Maxi

Tube

Medela Swing Maxi


Spectra 9 Plus


Tube Medela Swing Maxi terlihat lebih kokoh (Seperti ada shield di ujungnya) sehingga sepertinya lebih awet dan untuk double pump tetap satu aja tube nya, simple!

√  Medela Swing Maxi

Batre

Sifat penilaian : objektif

Batre Spectra 9 Plus ini rechargeable sedangkan Medela Swing Maxi tidak, namun bisa menggunakan batre AAA 6 buah. Jika tidak suka membeli batre tambahan maka pilihannya adalah Spectra 9 Plus.

 Spectra 9 Plus

Conclusion : Dari beberapa poin penilaian di atas, Spectra 9 Plus juaranya.

Note : Menurut aku jika ada budget, Medela lebih nyaman dan banyak yang bilang kalau Medela ini awet banget jadi bisa digunakan sampai anak terakhir. Kenyamanan kadang mengalahkan segalanya hehe tapi part ini sungguh subjektif ya :p.

Semangat Meng-ASI-hi!

Friday, 23 November 2018

Review Acupressure sebagai Usaha Induksi Alami di Pro V Clinic

Acupressure merupakan teknik penekanan pada area-area tertentu pada tubuh yang prinsipnya sama dengan akupuntur. Penekanan pada acupressure data dilakukan dengan jari jemari, siku, benda tumpul, atau alat tertentu.

Acupressure untuk induksi alami bisa dilakukan sejak usia kehamilan 37w.

Aku sendiri ngelakuin ini sebagai salah satu ikhtiar induksi alami terakhir di usia kehamilah 39w5d demi persalinan bebas intervensi medis.

Aku tau teknik ini sendiri dari ig: @bidankita dan beberapa postingan di Pinterest. Sebelum ke Pro V Clinic, nyoba sih mencet-mencet titik acupressure sendiri, kayak gini:




Tapi hasilnya kurang signifikan, maybe karena tenagaku kurang.

Akhirnya nyobalah nyari tempat yang bisa khusus acupressure untuk ibu hamil, satu-satunya (yang aku tau) ada di Jakarta ya di Pro V Clinic.



Alamat

Jl. Permata Safir 1/W 5 Permata Hijau Selatan DKI, RT.4/RW.2, Grogol Utara, Kby. Lama, DKI Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12210

Untuk bisa Acupressure di Pro V Clinic, kita perlu buat appointment H-1 bisa melalui WA ke CS Pro V Clinic. Nah di hari H kita tinggal datang deh ke TKP.

Meski udah lama follow Pro V Clinic dan udah pernah booking yoga -tapi batal karena kejauhan suami nggak bolehin-, ini pertama kalinya aku ke Pro V Clinic. Ternyata tempatnya kayak rumah gitu, mengingatkan ku pada BTA 45 di Tebet.

Pas sampai di Pro V Clinic, langsung ke receptionist, kemudian diantar ke tempat therapy.

Aku dapet therapistnya cowok mungkin usianya sekitar 30-an dan menurutku friendly orangnya. Kata therapistnya, di Pro V Clinic saat itu ada dua therapist untuk acupressure.

Pertama masuk langsung ditanya berapa usia kehamilannya dan kapan HPLnya. Aku bilang 39w5d dan HPL 2 hari lagi yaitu tanggal 8 September 2018.

Habis itu langsung deh mulai acupressure nya dengan posisi duduk menghadap ke tempat tidur, dilanjutkan dengan posisi berbaring di atas kasur.



Mungkin karena aku udah deket HPL jadi ditekennya kenceng banget, khususnya saat di area tulang ekor. Therapistnya juga menggunakan alat seperti alat untuk kerikan untuk pijit tulang belakang. Rasanya seperti tulang dikerik. Tapi therapist sambil terus membimbing aku untuk atur nafas dan ikhlasin rasa sakitnya. Aku pun mencoba ikutin semampu aku tapi alhamdulillah si nggak sampe teriak-teriak kok hehe.

Therapistnya juga seperti mengajak si dedek berbicara dan membujuk dedek untuk ayo cepat ketemu mommy nya sambil menunjukkan jalan mana yang harus ditempuh (diarahin gitu pake tangannya).

Kemudian sesekali therapist mengusap-usap kedua tangannya baru didekatkan ke perut aku, mungkin agar ada hawa panas-panasnya.

Setelah 45 menit selesai lah therapy nya dan therapist bilang kalau HPL nggak lahir, balik lagi ke sini ya bun..
Pulang dari sini coba makan nanas atau durian.
Dan pulang dari situ pun aku nyari nanas di PIM, dapet di Pronto. Aku makan cuma 5 potong kecil dan langsung berasa da gelombangnya. Seneng bangetlah aku. Singkat cerita gelombang itu pun akhirnya berujung ke persalinan di keesokan harinya.

Oh iya acupressure biayanya 325rb (300rb therapy, 25rb admin).

So, buatku sih worth trying banget acupressure ini. Udah banyak yang akhirnya bersalin setelah di-acupressure J.

Semoga bermanfaat ya! ^^

Review Kontrol Kehamilan dan Bersalin di Kemang Medical Care (KMC)

Tulisan ini dibuat untuk membantu mom-to-be yang sedang mencari referensi tempat persalinan di Jakarta dan sekitarnya.

Sebelum ke KMC, aku udah ke beberapa RS dan belum ada yang sreg. Mencoba nyari informasi dari berbagai forum dan saudara akhirnya dapet informasi mengenai KMC ini. Rumahku di Cijantung, lumayan jauh dari KMC, tapi jarak bisa ditempuh demi persalinan yang nyaman dan berkualitas.

Berikut review berdasarkan pengalamanku:

Selama kontrol kehamilan

Pros:
(+) Pelayanannya bagus banget. Kalau mau kontrol tinggal buat appointment melalui telepon ke Customer Service dan sehari sebelumnya CS akan telepon atau sms untuk konfirmasi kedatangan kita. Antrian konsul tetap berdasarkan kedatangan. Selama kontrol persalinan aku nggak pernah ngerasain nunggu yang lama banget. Kira-kira dua jam kontrol udah selesai, mulai dari daftar, timbang – tensi, konsul 30 menit, tebus resep, dan pembayaran (PS aku selalu kontrol weekdays dan aku bukan pasien dr. Ridwan yang hype sekali hehe).
(+) Tenaga kesehatannya oke-oke banget, mulai dari suster, dokter, konselor laktasi, semua melayani sepenuh hati dan ilmunya up to date.

Cons:
(-) Parkiran sempit, nggak pernah dapet parkir kecuali pas persalinan karena datang jam 6 pagi.

Additional Information:
Biaya per kontrol:
Biaya dokter spesialis kandungan 350rb
USG 2D 250rb
CTG seminar 200rb (pasien dokter Agung rutin CTG setelah usia kandungan 36w)
Vitaminnya beda-beda tapi menurutku sih agak mahal beli vitamin di farmasi KMC, bisa beda sekitar 40-70rb dari harga luar.

Overall:
Nggak pernah nemuin tempat check up kehamilan se bagus KMC, Ratingnya 5 of 5!

Persiapan Persalinan

Pros:
(+) Ada kelas Hypnobirthing, Prenatal Yoga, dan Senam Hamil tapi aku nggak ikut kelas di sini karena jauh.
(+) Hospital Tour bisa diminta ke CS dan mereka dengan senang hati nemenin kita keliling RS. Mulai dari Ruang Bersalin sampai ke Ruang Perawatan.
(+) Biaya persalinan pun bisa dilihat di CS.

Ini dokumen hospital tour nya:
Kamar VIP




Kamar Utama




Sebelum memutuskan bersalin (bahkan pindah kontrol) di KMC, aku sempet buat perbandingan biaya persalinan di RS yang Oke dan nggak terlalu jauh dari rumah, diantaranya RS Siloam TB Simatupang dan RS Pondok Indah. Selain itu, aku juga liat asuransi yang kupake cover nggak di RS itu hehe. Dari Siloam dan RSPI, KMC ini yang paling murah dan dekat dari rumah. Selain itu, cuma KMC yang khusus Rumah Sakit Ibu dan Anak, serta bisa Gentle Birth.

Langsung aja ya ini biayanya…


Asuransi yang bisa dipakai di KMC bisa dilihat di sini : 
https://www.kemangmedicalcare.com/about-us/partners/asuransi

Ada program nabung loh untuk persalinan!



Persalinan

Pros:
(+) Pelayanan sigap, ramah
(+) Bidan-bidan kompeten
(+) Ruangan nyaman, jauh dari kesan horror
(+) Fasilitas lengkap, ada Gymball dan Peanut ball dub
(+) Makanan enak

Cons:
(-) Duh pas di delivery room kenapa ya aku berkali-kali banget di VT nya dan dokter nggak ada waktu itu jadi aku mau complain bingung karena ini wajah baru semua yang ada di sana
(-) Musti banget gitu CTG terus, aku nggak suka sih tiduran pas labor. Pas Bukaan akhir dan udah di delivery room aja yang aku dibolehin nggak CTG lagi.

Perawatan Pasca Persalinan

Pros:
(+) Pelayanan oke, bisa istirahat full karena suster yang gantiin popok, mandiin bayi, dsb walau bayi dirawat gabung dengan ibu. Suster baik banget, awal-awal aku belum bisa nyusuin si dede, tiap mau nyusuin aku selalu panggil suster buat bantu dan selalu dilayani dengan baik. Selain itu nakes di sana juga selalu kasih sugesti positif jadi aku makin semangat.
(+) Visit dokter sehari ada 3 (dokter kandungan, dokter anak, dan laktasi) jadi bisa nanya-nanya banyak hal, maklum first time mother jadi masih banyak bingungnya.
(+) KMC baik banget, aku check in jam 8.00, check out jam 17.00 tapi hari terakhir itu nggak diitung bayar kamar lagi karena aku nunggu hasil lab bayi.
(+) Fasilitas dan Makanan udah nggak usah ditanyain lagi ya

Cons:
(-) Pemahaman antara dokter kandungan, dokter anak, dan konselor laktasi beda-beda, membuat bingung. Contohnya: bayi aku malam hari nggak bangun sama sekali, menurut dokter anak dan laktasi biarkan bayi menyusu on demand sedangkan menurut dokter kandungan, bangunkan untuk menyusu maksimal 4 jam sekali, takutnya bayinya lemas.
(-) Nggak bisa pilih dokter anak dan konselor laktasi
(-) Kecenderungan diagnosis tongue tie pada bayi oleh konselor laktasi
(-) Kamar yang sendiri penuh terus, laris manis
(-) Perkiraan biaya hanya berlaku untuk ibu, bayi tidak termasuk (laboratorium, visit dokter, vaksin, belum lagi kalo dedek mesti disinar but worth it kok)

Kesimpulan :
Menurutku KMC masih the best banget untuk tempat bersalin namun namanya juga RS ya jadi masih ada beberapa intervensi. Kalo mau pure Gentle Birth with no intervention at all mungkin bisa di Klinik Bidan Kita atau Klinik Bumi Sehat Robin Lim di Bali :).

Tuesday, 20 November 2018

Review Buku “Yes, Your Baby is A Genius” – Glen Doman dan Janet Doman

First, aku nyesel banget baru baca buku ini pas anak ku udah lahir (usia 2 mingguan) karena jadi belum mempersiapkan alat-alat yang diperlukan.

From my experience, I highly recommend you to read this book before the baby`s arrived.



Fyi, aku beli buku ini di Shopee dengan harga Rp245.000,00 dan menurutku worth it.

Buku ini ditulis berdasarkan riset selama puluhan tahun (dari tahun 1955) yang dilakukan oleh The Institutes for the Achievement of Human Potential (lembaga yang khusus menangani anak-anak cedera otak).

Di awal buku diceritakan mengenai munculnya “The New Kids” atau “Anak-anak Tipe Baru”, maksudnya apa?
"Anak ini menyerupai seorang dewasa kecil, namun lebih menarik, dan menimbulkan rasa sayang daripada orang dewasa pada umumnya. Semua sifat yang menyebabkan orang menyayangi anak-anak, ia miliki secara melimpah. Semua sifat yang kadang-kadang membuat anak dianggap sebagai biang kerepotan tidak ada padanya."
Aku langsung teringat a smart and a generous kid, Kirana (anak dari IG:@retnohening).

Singkat cerita, mereka menemukan anak ini saat ada orang tua yang anak pertamanya mengalami cedera otak dan akhirnya melakukan terapi dengan rangkaian program stimulasi sensori dan motorik. Adiknya yang sehat (tanpa cedera otak) secara tidak sengaja jadi ikutan dalam tiap stimulasi karena mereka tinggal di lingkungan yang sama.

Hasilnya? Adiknya menjadi anak tipe baru ini.

Ketika anak dapat memahami dunia lebih awal, akan banyak keuntungan bagi anak tersebut dan kita sebagai orangtua. Dia akan bisa memaksimalkan potensi otaknya, even more than Isaac Newton ever did.

Hal yang perlu kita lakukan adalah memberikan rangsangan visual, auditif, dan taktil – dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang ditingkatkan – selaras dengan keteraturan pertumbuhan otak.

Yang harus dihighlight : “Otak tumbuh karena digunakan”

Sebagai orangtua, kita pasti nggak mau menghambat pertumbuhan otak anak kita. Unfortunately, kita seriiiing banget ngelakuin hal itu tanpa sadar.

Ini terjadi di aku sih, sebelum baca buku ini, aku melindungi banget anakku dari cahaya yang terlalu gelap dan terang, serta suara bising, simply karena kasian eh ternyata hal kayak gitu diperlukan untuk perkembangan bayi.

Motivasi terendah aku pas aku telat baca buku ini, ”Kalo belum bisa maksimalin pertumbuhan otak anakku tapi seenggaknya aku nggak menghambatnya.”

Tapi akhirnya aku mencoba melakukan semaksimal yang aku bisa dan hasilnya oke banget (next post).

Dua penyebab utama lingkungan tempat bayi tumbuh minim rangsangan adalah:
1.  Mitos Kuno : Nggak semua, tapi yang kira-kira menghambat sebaiknya ditinggalkan.
2.  Status Quo

Di buku ini dituliskan:
Stop Membunyikan Jam Weker
maksudnya, misalnya anak umur x bulan harusnya udah bisa ini itu.

Yess, pertumbuhan anak emang beda-beda dan ternyata patokannya bukan umur tapi lingkungannya. Anak yang tumbuh di lingkungan kaya akan rangsangan, akan tumbuh lebih cepat. Otak tumbuh karena digunakan, bukan berdasarkan jadwal-jadwal tertentu.

“Sementara kita memberi makan perutnya dengan makanan terbaik yang kita beli namun kita memberi makan otaknya secara kebetulan.”

“Bayi di zaman modern dibesarkan secara kebetulan dan bukan dengan tujuan yang jelas.”

Nyess.

Rangsangan harus diberikan dengan sengaja, tidak secara kebetulan. Semakin banyak otak digunakan, semakin banyak tumbuhnya, dan semakin mampulah bayi itu.

Di buku ini dikasih tau kalau bayi yang telah menerima rangsangan sejak lahir akan tumbuh melebihi apa yang diharapkan.

Oh iya dari buku ini juga aku baru tau kalo newborn itu nggak bisa melihat, mendengar, dan meraba, istilahnya `mati rasa`, so they do need us. Kemudian, berdasarkan riset, pertumbuhan otak anak paling mengesankan pada tahun pertama kehidupan.

Di buku ini dijelaskan 4 Tahap Stimulasi yang dapat digunakan.

Tiap tahap berisi tentang penilaian kondisi perkembangan bayi saat itu (untuk menentukan program yang tepat) dan stimulasi sensori serta motorik yang dapat dilakukan.



Penilaian perkembangan bayi ada tiga (penglihatan, pendengaran, dan perabaan) dari lima jalur (+ pengecapan dan penciuman) yang mengarah ke otak. Di buku ini, sisi sensori pengecapan dan penciuman tidak dibahas karena keduanya dianggap jauh kurang penting untuk perkembangan neurologis dibanding tiga jalur sensori lainnya.

Untuk mengembangkan ketiga jalur sensori di atas, bayi memerlukan rangsangan penglihatan, pendengaran, dan perabaan dari ibu, ayah, dan lingkungannya.

Jika terdapat salah satu area pada sisi Profil Perkembangan yang menunjukan bayi tidak sama tingginya dengan tingkat yang wajar untuk usianya, area itu menjadi prioritas utama ketika menciptakan program sensori.

Namun, jika bayi telah menguasai dengan baik kemampuan tsb, bukan berarti Ia tidak memerlukan rangsangan lagi. Rangsangan tetap diperlukan untuk memperkuat kemampuan bayi.

Nah sepanjang buku ini, dibahaslah hal-hal yang bisa kita lakukan untuk menstimulasi perkembangan otak anak kita :). Aku nggak bisa jabarin satu-satu karena panjang banget (1 buku hehe) tapi di next post mau jabarin yang aku lakuin ke anak aku :).

Menurut Buku ini, hal yang sebaiknya dilakukan adalah:
  1. Jadilah ibu yang professional (Kalo aku mikir gini “Buat kerjaan yang credit untuk Boss aja kita nggak mau asal apalagi buat anak sendiri, So I decided to be a professional mother)
  2. Dalam melakukan stimulasi kita harus konsisten, fleksibel, tertata
  3. Tangguhkan pekerjaan rumah! (babies need us moreee)
  4. Stay at home, jadikan pagi hari sebagai saat sakral karena ini golden time untuk bayi
  5. Persiapkan bahan stimulasi sebelum bayi lahir. Sekarang banyak yang jual ternyata, ku pun akhirnya beli aja.
  6. Catat hasil observasi
  7. Simpan bahan-bahan stimulasi untuk bayi selanjutnya

Kemudian di buku ini dituliskan, “Sangat besar bedanya bila Anda memberi bayi pertama Anda kesempatan untuk menjadi matang sebelum bayi kedua lahir.” Disarankan bayi kedua lahir saat anak pertama minimum berusia 3 – 4 tahun. New insight for me.

Oh iya ada satu yang aku kritisi sih dari buku ini, di dalamnya nggak dikasih contoh misal Tahap I – IV itu idealnya buat bayi usia berapa, dan buku ini fit sampai bayi normal usia berapa ya. Kemudian, goal akhir dari buku ini bayi dapat membacakah? Atau berjalan lebih awal? Masih ngawang di aku.

Yet overall, I think anything on this book worth a try.

Last but not least,

“Andaikata bayi boleh menentukan kehendaknya sendiri, Ia tentu lebih suka jika ibu dan ayahnya berada di sisinya tiap-tiap menit setiap hari”


Enjoy Motherhood!

Review PRP dan Derma Punch di NMW Skin Care Depok

 *Review ini akan di- update secara berkala mengingat aku masih menjalani rangkaian treatment. Tulisan terdahulu ku tentang review NMW ada d...