Setelah dinyatakan positif hamil, bersama suami kaget dan galau karena merasa belum siap dan sangattt takut. Jangankan untuk persalinan dan selanjutnya mengurus anak, hamil pun kita takut banget.
Kenapa???
Karena sering banget denger cerita menyeramkan dan menakutkan tentang itu semua.
Hamil nggak bisa ini itu, makin gede makin payah deh pokoknya
Persalinan sakit banget, antara hidup dan mati
Belum lagi urus anak, begadang terus
[Bocoran, pada akhirnya semua itu tidak terjadi di aku]
Sadar nggak sadar jadi aku dan suami trauma terhadap sesuatu yang padahal belum pernah kita alamin.
Hal itu pengaruh banget di perjalanan awalku hamil. Mulai dari hasil Test Pack positif, aku merasa sakit kepala tiada tertahankan, mual, nggak mau makan, lemes, campur aduk, nangis terus, suami pun jadi nggak bisa kerja karena full jagain aku. Aku nggak tahan banget mau pulang ke Jakarta sedangkan suami baru bisa cuti seminggu lagi. Rasanya aku nggak sanggup nunggu lebih lama lagi, akhirnya, aku pulang ke Jakarta sendiri dari Banjarmasin di usia kandungan 5w.
Curhat sana-sini jawabannya sama. “Ya emang hamil kayak gitu, nikmatin aja..”
WHAT? Harus nikmatin kayak gini selama 9 bulan? Rasanya mau nyerah aja T_T
Sampai di Jakarta, alhamdulillah kesehatan membaik dan udah mulai bisa berpikiran (agak) jernih. Mulai lah cari tau apapun tentang kehamilan dan nemu komunitas Gentle Birth (GB).
Mulai bertanya-tanya, kok bisa ya mereka hamil tapi stay happy? Kok bisa ya mereka gak takut melahirkan, malah menanti-menanti banget, dan yang udah melahirkan sama sekali nggak ada trauma?
Jadi, awalnya bukan mau melahirkan normal tapi mau hamil nyaman dan bebas takut melahirkan, apapun metodenya nanti. Plus, nggak ada trauma setelah melahirkan.
Kemudian mulailah cari tau tentang Gentle Birth (GB). Mulai dari baca buku-bukunya (aku baca hampir semua buku dan artikel di blog @bidankita, sampe diresume yg pentingnya terus sharing ke suami), ikutan 21 day challenge nya (work outbgt!), ngikutin forum-forum Gentle Birth, nonton video tentang Gentle Birth baik dari dalam maupun luar negeri, dan nyoba ikutin semua stepnya.
Penjabaran stepnya kayak gini :
1. Knowledge is Power
Buat penggemar GoT susah percaya ini (Cersei ruined it haha) tapi untuk case Gentle Birth, ini benar banget.
Kuncinya Baca, baca, dan baca. Knowledge really gives you power.
Aku berusaha cari tau mulai dari anatomi tubuh sampai ke hal-hal remeh sekali pun. Jadi nggak gampang panik kalo ada apa-apa. Termasuk pas di usia 14w, aku flek, dan dokter bilang aku plasenta previa. Di usia hamil muda plasenta masih muter-muter jadi tenang aja tapi tetap jaga kesehatan.
Di dokter itu, aku merasa kurang diedukasi tapi lebih ke penekanan bahwa risiko keguguran kandunganku tinggi. Knew that I deserve better, aku pun pindah dokter.
Sumbernya banyak banget, bisa dari buku (aku suggest semua buku nya Yessie Aprilia), website (bidankita), Instagram (@bidankita, @lannykuswandi, @jamilatusadiyah, @tantri, @bukaanmoment, @provclinic), Pinterest (banyaaak banget info di sini, u can visit my Gentle Birth Board, akunku @sitikarimah), etc.
2. Mindfulness dan Awareness
Belajar peka sama keadaan diri sendiri. Gunain insting kira-kira ini kenapa ya terus harus apa.
3. Healing Birth Trauma
Di step ini, aku coba skip cerita negatif tentang hamil dan persalinan, and Stay Positive!
4. Breath
Nah! Ini kunci banget!
Banyak banget teknik pernafasan, aku cuma belajar dua teknik nafas yaitu:
a. Belly Breathing (4-6minggu)
Setelah belajar belly breathing,tiap merasa mual, aku langsung belly breathing, dan itu sangat membantu. Aku baru bisa menguasai belly breathingselama 4 – 6 minggu. Awalnya,cuma bisa pendek-pendek nafasnya, lama-lama, alhamdulillah bisa 20-20 (20 detik ambil nafas, 20 detik buang nafas).
Oh iya, buat aku nggak gampang belajar ini lewat Youtube karena nggak ngerti yang bener itu kayak gimana sih. Akhirnya aku baru mulai belajar ini pas aktif yoga jadi diajarin sama couchnya.
b. Ujayyi Breathing atau J Breathing (5 minggu kali ya)
J breathingaku lakuin selama laborkemarin. Kalo udah biasa belly breathing, J breathingini lumayan gampang tapi harus bener-bener dibiasakan biar bisa auto pilotpas labor. Di saat buang nafas menggunakan teknik J breathingkayak ada tekanan di bawah, nah itu yang biasa dibilang `Breath the Baby Out`.
5. Relaks Mind
Salah satu caranya latihan relaksasi setiap hari. Aku ikutin 21 Days Challenge di web bidankita plus dengerin rekaman suara Mba Ika (yoga couch dan doula aku). Tiap yoga pun selalu ada sesi relaksasi sambil latihan atur nafas. Latihan relaksasi yang aku lakuin selalu meningkan intensitasnya karena biar semakin khatam juga teknik pernafasannya (tiap relaksasi, atur nafas).
Daaaan yang nggak kalah penting, kunci relaks mind ini Stay Happy! Pas hamil, aku menghindari banget hal-hal ruwet dan negatif.
6. Mind, Baby, and Body Balance
Prenatal Yoga = paket lengkap. Prenatal yoga aman dilakukan sejak usia kandungan 20 w. Jangan lupa stay active during pregnancy. Kalo aku, makin gede hamilnya malah semakin aktif. Rutin yoga sendiri di rumah 2x sehari, power walkminimal 30 menit per hari, dan renang hampir setiap hari (@30 menit). Renang sebenernya aman sampai akhir kehamilan tapi berhubung aku kalo renang sendirian, semenjak masuk usia kandungan 37 minggu, aku stop renang.
7. Mobility dan Gravity during Labor
Ini dilakukan selama labordan dipelajari sebelum labor. Dengan keep mobiledan keep upright positionbisa membantu si dedek keluar. Kemarin, selama fase passive labor(pembukaan 1 – 4), aku istirahat. Pas masuk fase active labor(pembukaan 5 – 10) langsung gerak, jalan, rebozzo, shake di apple tree, yoga, open hips, dsb. Alhamdulillaaah semua ilmu yang dipelajari selama hamil kepake banget di labor kemarin. Suami pun nggak lupa caranya Shake the Apple Treesama Rebozzogimana. Suami selalu ingetin buat atur nafas juga (lebih lengkapnya di postingan Birth Storyya).
8. Gentle Birth Provider dan Support
Meski kunci dari Gentle Birth ada di kita sendiri, tapi kita tetep butuh provider yang pro Gentle Birth. Please jujur sama diri sendiri, kalo belum sreg, berani pindah provider. Aku pun berganti 9 Obsgyn dan 5 RS. Akhirnya, pilihanku jatuh ke dr. Agung di RSIA Kemang Medical Care. Recomended banget melahirkan di KMC, semua providernya sangat koperatif, dan yang paling penting, KMC pro normal, pro ASI, dan pro RUM (Rational Used Medicine).
Oh iya, buat bisa Gentle Birth, husband’s blessing is needed!!! Daaan, suamiku sempet gak ngebolehin lahiran normal sampai usia kandungan 6 bulan. Alasannya? Nggak tega dan “Masa iya sih di jaman modern ini, normal deliverylebih baik dari sesar (yang kita kira awalnya ‘pain free’).Sampe ku pernah di-Terserah-in hahaha tapi istrinya Stubborn banget.
Meskipun awalnya merasa belum siap hamil, seiring berjalannya waktu, makin sayang sama si dedek, dan maunya cuma ngasih yang terbaik buat dedek.
Akhirnya setelah meyakinkan dengan teori-teori yang kubaca plus kayaknya suami gak tega liat aku sebegitu semangatnya pas hamil, pada akhirnya suami luluh juga terus bilang,
”Dedek, mommy is a bright woman. I know she only wants to give you the best effort she could do. I believe in her and I`m gonna support her.” [CRY]
Terus di akhir kehamilan sempet rada takut suami belum ikhlas hehe akhirnya bilang lagi lah,
“Yang, plis plis plis I need your blessing. Kalo ada di hati kamu nggak ikhlas sedikit aja, aku gak yakin bisa.”
- Dan saat itu keliatannya suami positif udah ikhlas -
Ku pun sempet ragu sama diriku sendiri, dan bilang,
“Yang, Andien aja yg sebegitu usahanya masih ngerasa sakit pas ngelahirin, aku gimana ya yang?”
Tapi kadang aku ragu sama suami aku, akhirnya sering ngingetin,
“Yang, pas nanti ngelahirin, plis jangan gak tega sama aku, plis bilang aku bisa ya..”
Setelah aktif berdayain diri, mulai deh hamilnya minim keluhan banget banget (kayak nggak hamil aja pokoknya), mulai aktif olahraga lagi, dan mulai ada keinginan lahiran normal, setelah sebelumnya berdua suami udah mau langsung daftar C-Section terencana wkwk. Udah sounding juga ke keluarga dan beberapa temen,”Kita mah sesar aja”. Segitu blanknya dulu hehe.
Oh iya, kalau timeline ku kemarin, mulai usia kandungan 6 minggu udah baca-baca tentang kehamilan dengan intensitas yang semakin bertambah karena semakin penasaran. Aktif gerak lagi baru di usia kehamilan 15 minggu, kayak renang dan power walk, belum yoga sama sekali, baru kepo aja, baca lanjut terus, makin semangat. Usia kandungan 20 minggu, cuma peragain yoga sebisa mungkin tapi takut salah jadi jarang banget dilakuin, terus nyoba latihan nafas tapi bingung banget akhirnya pun gagal hehe (olahraga lainnya berlanjut sampai akhir kehamilan).
Naaah pas usia kandungan 28 w baru mulai aktif yoga. Alhamdulillah jodoh private prenatal yoga sama Mba Ika. Tiap yoga makin bikin semangat hamil dan semangat melahirkan. Pokoknya serba semangat. Semenjak itu juga jadi rajin latihan relaksasi, latihan nafas.
Mba Ika pernah nanya,
”Mba, udah bikin kontrak belum sama bayinya mau melahirkan kapan?”
“Wah bisa ya kayak gitu”.
Akhirnya, mulai deh percaya kalo bayi genius sehingga permasalahan-permasalahan setelahnya rasanya cukup diselesaikan dengan komunikasi sama baby.
Habis itu juga semakin aktif melakukan afirmasi positif dan visualisasi. Sebenernya disaranin untuk afirmasi setiap habis sholat tapi aku suka kelupaan jadi paling pas mau tidur aja. Tiap afirmasi, aku ngebayangin si dedek, posisi tali pusat, plasenta, dan kondisi air ketuban. Pas hamil banyak banget yang ngingetin dan doain aku supaya nggak ngalamin Ketuban Pecah Dini (KPD) yang makin sering terjadi dan belum diketahui pasti penyebabnya apa (kata dokter Agung, terbanyak karena Infeksi Saluran Kemih jadi disaranin cukup minum dan tidak menahan pipis). Plus, di akhir-akhir kehamilan, dedek beberapa kali terlilit tali pusat, jadilah aku makin sering `ngobrol` sama dedek.
OH IYA! Most of my positive affirmationsterlaksana dengan baik (centrang pink).
Usia kandungan 33 minggu, Birth Plan udah jadi, setelah didiskusikan dengan suami dan doula, baru deh dibawa ke dokter dan beberapa poin dokter Agung nggak bisa penuhin tapi masih oke.
Fyi, kalo sama dokter Ridwan, bisa dipenuhi semua plan ini tapiiii dokternya cuti haji 4 minggu (saat usia kandunganku 34w sampai 38w) dan nggak tau perkembangan aku di akhir-akhir, ku pun memutuskan balik ke dokter Agung.
Minggu ke 35, hospital bag udah ready, sewaktu-waktu udah mau melahirkan tinggal berangkat. Berikut list hospital bag nya:
Minggu ke 36, udah disaranin ngelakuin induksi alami kayak makan buah tropis dsb. Tapi, aku kan sempet coba induksi dan langsung kontraksi perutnya, sedangkan amannya baru lahiran pas 37 minggu jadi aku stop.
Di minggu ini juga, aku nanya ke dokter, kira-kira kalau udah ada tanda-tanda melahirkan, aku harus kemana ya?
“Kalau flek atau kontraksi udah intens tapi belum flek, langsung ke ruang observasi di Lantai 2, di sana ada Tim yang selalu standby. Kalau pecah ketuban, langsung ke IGD.”
Berbeda dengan instruksi bidankita yang bilang sebaiknya di rumah selama mungkin untuk meminimumkan dilakukannya intervensi medis + alasan kenyaman, kalo instruksi dokter, secepatnya ke RS. Aku pun ikutin instruksi bidankita, pake rumus 4-1-1 (+aku belum flek juga pas di rumah).
Selain itu, di minggu ini, persiapan lainnya adalah minta hospital tour sama costumer servicenya KMC dan nanya urus administrasi untuk persalinan gimana, supaya nanti pas hari H nggak bingung, persiapan kalo harus melahirkan nggak sama suami jadi harus mandiri.
Ini adalah foto saat 37 w (BB ku udah +10kg dengan taksiran BB baby 3.4kg).
Mulai minggu ini rutin prenatal massage, makan kiwi + kurma + nanas, minum madu + VCO, ngelakuin perenium massagesendiri, power walkminimal 30 menit, yoga 2x sehari, relaksasi ngulang-ngulang suara bidan Yessie, main gymballsambil nonton series.
Oh iya, kata orang hamil gede itu jadi payah banget deh tapi di aku enggak, malah makin semangat olahraga, tidur lancar, kaki aman (tidak bengkak), tekanan darah normal, dan nafsu makan normal sehingga penambahan BB pun terkontrol.
Masuk minggu ke 38, situasi menegang dan jadi lebih sensitif kalo ditanya kok belum lahir-lahir? Apalagi kalo disertai komparasi “Si ini udah lahiranloh”.
- Ku berjanji tidak akan melakukan hal serupa pada ibu hamil -
Tapi aku masih aktif olahraga dan rutinitas lainnya.
Perjalanan hamilku juga nggak selalu mulus, kadang ngerasa motivasi hilang, nah paling disitu memaksa diri untuk disiplin. Aku pernah 3 hari nggak sempet olahraga karena kebetulan banyak acara, alhasil kaki pun kerasa ganjel dan badan kurang enak. Yang tersering sih suka sedih kangen suami, tapi berusaha nge-distract dengan hal lain aja.
Ketidakmulusan terparah terjadi saat memasuki usia 39 w.
Pressure tinggi banget ya di sini, banyak sebabnya :”
Padahal di affirmasiku emang maunya dedek lahir di usia 38 – 38 w tapi nyatanya galau banget pas masuk 39 w.
Kegalauan dan pola makan yang tiba-tiba amburadul (karena yang penting galaunya hilang deh) menyebabkan munculnya hemmorhoid (wasir). Bedrest karena sulit gerak, nangis minta suami pulang aja, dan akhirnya suami pun pulang.
Ngeliat kondisi aku yang parah banget, suami pun bilang :
S : “Yang, kamu ikhlas ya kalo kita harus sesar, yang penting kamu sama dedek selamat.”
Di situ ku pun udah pasrah dan bilang,
A : “Iya gpp, yang penting selama ini kita udah ngelakuin yang terbaik ya.”
Tapi aku sambil bilang ke dedek,”Dek, boleh tunggu sebentar ya keluarnya, sampai hemmorhoidnya membaik.”
[Disitu udah pasrah tapi dalam hati masih percaya kalo Dedek paham dan dokter pun bilang masih bisa diusahakan normal]
Setelah rutin Sitz Bath dan kompres dingin hemmorhoidnya + minum obat-obat dari dokter akhirnya hemmoroidku membaik. Saat itu langsung bilang dedek “Ayo dek kita udah siap.”
39w4d alhamdulillah udah bisa olahraga keliling rumah 30 menit, lumayan. Kemudian tersadar, cuti suami tinggal 3 hari lagi…
Lanjut di postingan Birth Story